Salah manajemen negeri ini, tak lepas dari sistem demokrasi kita di mana yang menentukan arah kebijakan nasional kita BUKAN oleh SuaraHATI nurani yang terbanyak, TAPI oleh siapa-siapa yang membagi-bagi uang dan jabatan yang banyak. Demokrasi, sebagaimana juga hukum di negeri ini, bisa dibeli dengan uang. Demokrasi di negeri ini bukan demokrasi Pancasila, tapi demokrasi transaksional. Orang-orang yang benar-benar jujur dan bersih bisa kalah suara dalam sistem demokrasi negeri ini oleh orang-orang yang memiliki dan bagi-bagi uang banyak.
Lalu mengapa suara rakyat bisa dibeli dengan uang? Karena, maaf, mayoritas rakyat kita secara hakikat spiritual belum zuhud. Coba jika saja mayoritas rakyat kita zuhud, maka yang terpilih sebagai pemimpin di legislatif, eksekutif dan yudikatif dengan suara terbanyak adalah orang-orang yang benar-benar jujur dan bersih, dan BUKAN orang-orang yang memiliki dan bagi-bagi uang banyak atau punya koneksi dengan orang-orang, perusahaan-perusahaan atau parpol yang bagi-bagi uang banyak. Bahkan tidak peduli apakah uang itu dari hasil korupsi atau tidak.
Di sinilah peranan PancaLAKU dalam tataran mewujudkan sistem manajemen negara yang bersih. Jika masyarakat secara bertahap mengamalkan level-level PancaLAKU mulai rendah hati, kemudian lurus, tulus, zuhud, fanafillah; maka uang, jabatan, kekuasaan, keduniawiaan tidak lagi menjadi “tuhan-tuhan yang disembah-sembah” dalam hati masyarakat kita. Sehingga ketika mereka memiliih wakil rakyat dan/atau pemimpin tidak lagi berdasarkan siapa yang bisa kasih imbal balik uang, jabatan, kekuasaan, dan keduniawiaan yang banyak, tapi memilih berdasarkan siapa yang paling lurus, jujur, tulus di jalan-Nya. Atau sebagaimana penulis tegaskan dalam acara halal bihalal SuaraHATI 16 September 2012 yang disaksikan dan diamini oleh beberapa tokoh masyarakat yang turut hadir, bahwa: “Jika menurut Bung Karno bahwa suatu negara bisa besar oleh pembangunan karakter bangsanya, maka menurut saya, wiyoso hadi, negara bisa besar oleh pembersihan hati-jiwa-batin bangsanya. Orang yang berkarakter belum belum tentu bersih hati-jiwa-batinnya, tapi orang yang bersih hati-jiwa-batin-nya pastilah berkarakter”.
Mendorong para pejabat dan aparat pemerintah untuk menjadi bersih, hidup sederhana (zuhud), dan saleh semuanya, tidak cukup dengan mengaktifkan Whistleblowing System dan melakukan Waskat (Pengawasan Melekat). Namun juga harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat, dan khususnya pengusaha-pengusaha dan semua pelaku pasar untuk stop menyogok para pejabat dan aparat pemerintah dengan maksud korup agar urusan atau bisnisnya lancar. Jika masih ada pejabat dan aparat pemerintah yang minta disogok, paling tidak jika itu terjadi di Ditjen Pajak, silakan laporkan oknum tersebut melalui Whistleblowing System.
Tidak ada ampun bagi yang minta sogokan maupun pengusaha/pelaku pasar yang menyogok. Apakah komitmen itu dapat terealisasi? Silakan masyarakat awasi 24 jam dalam sehari Ditjen Pajak, dan laporkan jika ada penyimpangan-penyimpangan.
Orang yang jujur tidak akan takut jika diawasi terus tindak-tanduknya oleh masyarakat luas bahkan oleh lawannya yang paling buas sekalipun. Juga tidak akan takut jika disorot dan diprotes oleh masyarakat, karena orang yang jujur akan berani buka-bukaan fakta dan data. Selama orang itu tidak berani jujur dan tidak anti sogok-menyogok, maka orang itu belum capai level 2 Pancalaku: HIDUP LURUS. Jika Ditjen Pajak bisa 100% bersih maka bisa menjadi model atau percontohan bagi institusi-institusi lainnya bagaimana secara bertahap membentuk aparat-aparat negara yang bersih, hidup sederhana (zuhud), dan saleh sesuai keyakinan agamanya masing-masing. Mereformasi bangsa ini harus dimulai dengan mereformasi diri (mereformasi lingkungan dekatnya sendiri), dan mereformasi diri dimulai dengan mengevaluasi diri sebelum mengevaluasi yang lain. Atau dalam bahasa lawas Catatan Harian Membuka Hati (CHMH) dan terbukti KEBENARAN “terawangan” bisikan-bisikan ilham spiritual itu Satu Dekade kemudian :
A’udzuu billahi minasy syaithonir rajiim
BismillahirRahmaanirRahiim
Nilailah dirimu sebelum menilai orang lain,
carilah dosamu sebelum mencari dosa orang lain,
tegurlah dirimu sebelum menegur orang lain,
sesali kesalahanmu sebelum menyesali kesalahan orang lain,
perbaiki dirimu sebelum memperbaiki orang lain,
kendalikan jiwa batin pikiranmu sebelum mengendalikan yang lain
Perhatikan keburukanmu sebelum memperhatikan kebaikanmu,
kembangkan amal salehmu sebelum mengembangkan amal lainmu,
cukupkan urusan duniawimu sebelum mencukupkan amal salehmu,
mulailah dari dalam dirimu sebelum melangkah ke bagian luarmu,
pelihara akhlakmu sebelum memelihara nama baikmu
Cerahkan dirimu sebelum mencerahkan saudara-saudaramu,
teguhkan imanmu sebelum meneguhkan iman sekelilingmu,
sabarkan dirimu sebelum mengajak sabar orang di sekitarmu,
kobarkan api semangatmu, keberanianmu, segala apa yang baik
di dalam batin, jiwa, pikiranmu, di dalam keseluruhan dirimu…
dan lihat!… Semangat, keberanian, segala apa yang baik di sekelilingmu
kan berkobar menyebar turut ikut bersamamu
( Syawwal 1422H/ 9 Januari 2002 )
INTEGRITAS menurut Nilai-Nilai Kementerian Keuangan adalah berpikir, berkata, berperilaku dan betindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Ada dua perilaku utama untuk menjadi yang berintegritas, yaitu: (1) bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya; dan (2) menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela. Dalam dimensi PancaLAKU, integritas adalah LEVEL 2 PancaLAKU SHIDDIQ (LURUS-JUJUR) dalam setiap kata, perbuatan dan segala aspek kehidupan. Dan seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal LURUS-JUJUR alias SHIDDIQ alias BERINTEGRITAS 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 3 PancaLAKU TULUS (IKHLAS).
Pada Level ke-3 PancaLAKU TULUS (IKHLAS) inilah seseorang baru bisa mengamalkan 100% Firman-Nya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’aam ayat ke-162) Ia tidak lagi sembahyang/sholat/berdoa dan beribadah karena egonya mengharap surga dunia-akhirat atau agar terhindar dari neraka, tapi ia lakukan itu semua karena Allah. Seandainya Allah mengirimkannya ke neraka atau mendapat musibah banyak di dunia tidak akan menyurutkannya untuk tetap tekun sembahyang/sholat/berdoa dan beribadah. Karena ia, sebagaimana Nabi Ayyub as, lakukan itu semua bukan agar terhindar dari neraka dan musibah-musibah di dunia, tapi TULUS/IKHLAS semata-mata karena Allah.
Dan seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal TULUS IKHLAS 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 4 Pancalaku ZUHUD. Secara puitis ZUHUD adalah:
Nabi Adam zuhud, nabi Idris zuhud, nabi Nuh zuhud, nabi Hud zuhud
Nabi Ibrahim zuhud, nabi Luth zuhud, nabi Isma’il zuhud, nabi Ishaq zuhud
Nabi Ya’qub zuhud, nabi Yusuf zuhud, nabi Dawud zuhud, nabi Sulaiman zuhud
Nabi Musa zuhud, nabi Harun zuhud, nabi Ilyas zuhud, nabi Ayyub zuhud
Nabi Zakariya zuhud, nabi Yahya zuhud, nabi Isa zuhud, nabi Muhammad saw. zuhud
Siti Hajar zuhud, Asiyah istri Fir’aun zuhud, Perawan Maryam zuhud, Siti Khadijah zuhud
Abu Bakr zuhud, Umar bin Khaththab zuhud, Utsman bin Affan zuhud, Ali bin Abi Thalib zuhud
Abu Hurayrah zuhud, Salman al-Farisi zuhud, Abdullah ibn Abbas zuhud, Hasan al-Basri zuhud
Keempat imam empat mahzab zuhud, semua ahlul bait zuhud
Al-Gazali, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Haitsam zuhud
Zuhud bukan berarti menafikan nafsu
Tapi lepas dari perbudakan (tidak diperbudak lagi oleh) nafsu
Ada hartawan yang zuhud dan ada orang miskin yang tidak zuhud, maupun sebaliknya
Ada pejabat yang zuhud dan ada anggota masyarakat biasa yang tidak zuhud, maupun sebaliknya
Zuhud adalah apa yang telah tertanam kuat dalam kalbu bukan apa yang nampak semata kemuka
Zuhud adalah kemerdekaan Ruh, Akal, Jiwa atas nafsu
Zuhud adalah pengendalian total terhadap nafsu
Dan hakikat puasa adalah pengendalian diri Jiwa
Puasa yang benar membentuk pribadi-pribadi takwa yang zuhud
Maka sudahkah kita benar-benar berpuasa?
Selanjutnya, seseorang tiada mungkin mencapai puncak atau optimal ZUHUD 100% sebelum mencapai dasar LEVEL 5 PancaLAKU FANAFILLAH, yaitu hilangnya ego/diri kita ke dalam Kehendak Allah semata. Orang yang berintegritas belum tentu FANAFILLAH. Tapi seorang yang FANAFILLAH pasti berintegritas, karena untuk mencapai FANAFILLAH ia harus lulus kelima LEVEL PancaLAKU, yaitu:
Level 1: TAWADHU’ (Rendah Hati)
Level 2: LURUS (SHIDDIQ alias terminologi modernnya BERINTEGRITAS)
Level 3: TULUS (IKHLAS)
Level 4: ZUHUD
Level 5: FANAFILLAH
Reformasi di Indonesia belum bisa bersih dari birokrat-birokrat busuk, pebisnis-pebisnis busuk, politisi-politisi busuk karena reformasi bangsa tidak dimulai dari Reformasi Jiwa yang benar-benar bersih 100%, melalui LIMA (Panca) LAKU (amalan):
1. TAWADHU’ (Rendah Hati) membersihkan Jiwa hingga 20%
2. LURUS (SHIDDIQ/BERINTEGRITAS) membersihkan Jiwa hingga 40%
3. TULUS (IKHLAS) membersihkan Jiwa hingga 60%
4. ZUHUD membersihkan Jiwa hingga 80%
5. FANAFILLAH membersihkan Jiwa hingga 100%
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
( QS. Asy-Syams, ayat ke-9 sd ke-10 )
Kabar terakhir soal korupsi 34 milyar hanya diganjar 4,5 tahun penjara dan tidak perlu kembalikan uang sungguh amat sangat keterlaluan dan sangat tidak berperikeadilan. Artinya apa? Perjuangan kita masih panjang, dan andaipun hingga akhir masa hidup kita tidak dapat menikmati Indonesia yang benar-benar adil-sejahtera, tapi kita tidak boleh goyah dan hilang semangat. Tetap militan dalam kebaikan meskipun ekstremnya harus berjuang sendirian, ya harus teguh dalam militansi kebaikan yang tinggi. Nah, mempertahankan militansi kebaikan yang tinggi itu sulit tanpa PancaLAKU. PancaLAKU bukan dogma, bukan filsafat, bukan teori spiritual di awang-awang, tapi APLIKASI NYATA untuk menghapus korupsi dan berbagai penyakit sosial lainnya di muka bumi. Ingin basmi Korupsi? Ber-PANCA LAKU-lah! Dan pertolongan Tuhan kan selalu bersama kita.
Pada level 3 sd 4 PancaLAKU: IKHLAS dan ZUHUD, sang hamba saleh masih mengharap cinta dan kasih sayang Allah Swt. Namun saat sudah sampai Fanafillah, mereka yang sudah mencapai Fanafillah, tidak lagi mengharap cinta dan kasih sayang Allah Swt. Karena ia-nya/ego-nya telah musnah dan menyatu dalam KARSA KASIH ILAHI ALLAH itu sendiri.
Orang-orang yang sudah mencapai FANAFILLAH, tidak perlu lagi membuktikan dirinya Pengasih, Penyayang, Orang Baik dsb. karena mereka (ego mereka) sudah musnah dan menyatu dalam Samudra Kasih Sayang dan Kebaikan ILAHI ALLAH. Sehingga dalam diam pun orang-orang yang FANFILLAH memancarkan aura Kasih, Kebaikan, Kebajikan tanpa perlu mengungkapkan atau membuktikannya kepada dunia.
16 tahun silam ketika baru masuk kerja di Direktorat Jenderal Pajak (DJP), saat reformasi birokrasi belum ada kala itu, banyak rekan kerja heran mengapa tidak ada satu atasan pun yang berani untuk ajak si anak bawang, baru kemarin sore, yos hadi untuk korup, padahal si yos tidak pernah berkoar-koar apalagi demonstrasi anti-korupsi. Bahkan sistem birokrasi yang sudah korup pun tidak dapat memaksa si yos untuk korup? Jawabannya jika sudah Fanafillah maka tak ada yang dapat menghentikan kita, karena ego kita telah musnah dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.
Saya bilang 16 tahun lalu bahwa: “Bukan saya yang berubah tapi DJP yang akan berubah menuju bersih!” Dan apa yang terjadi 16 tahun kemudian? Saudara-Saudara tentu reformasi birokrasi yang sekarang berjalan di DJP adalah kerja keras banyak kawan-kawan DJP. Tapi yang saya maksud di sini adalah seorang yang sudah FANAFILLAH tidak perlu menunggu orang-orang lain, atau sistem negara untuk berubah agar menjadi baik. Tapi orang-orang yang sudah FANAFILLAH tetap KASIH, BAIK, BIJAK ketika lingkungan dan sistem di sekitarnya Korup. Orang-orang yang FANAFILLAH tetap teguh militan dalam kebaikan tidak ikut-ikutan gila atau terbawa arus ketika dunia hancur atau zaman edan. Orang-orang yang sudah FANAFILLAH tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau sistem yang korup, tapi justru sebaliknya memberi warna harapan akan hari esok yang LEBIH BERSIH karena orang yang sudah FANAFILLAH egonya telah musnah dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.
Itulah mengapa beberapa pejabat-pejabat tinggi negara, profesor-profesor, jenderal-jenderal, agamawan-agamawan, tokoh-tokoh masyarakat Indonesia dan dunia, dikumpulkan dalam millist Gerakan SuaraHATI, untuk memberi harapan kepada Beliau semua untuk jangan menyerah mereformasi bangsa dan dunia ini. Amalkanlah PancaLAKU hingga mencapai FANAFILLAH maka Anda menjadi bagian dari KARSA dan PERTOLONGAN ALLAH itu sendiri. Tak ada yang dapat menghentikan kita ketika ego kita telah musnah (FANA) dan menyatu dalam KARSA ILAHI ALLAH/Kehendak dan Pertolongan Ilahi.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (saat Fanafillah).”
( QS. Al-Baqarah, ayat ke-214 )
Jelaslah bahwa hasil, wujud dan dampak nyata dari PancaLAKU (Tawadhu’-LURUS (Shiddiq-BERINTEGRITAS)-TULUS (Ikhlas)-ZUHUD-FANAFILLAH) adalah selalu berjiwa dan berperilaku ANTI KORUPSI lahir-batin yang sangat militan kapan saja dan di mana saja. Orang-orang yang ANTI KORUPSI belum tentu PancaLAKU-is, tapi orang-orang yang PancaLAKU-is pasti aktivis militan ANTI KORUPSI yang STAF (Shiddiq-Tabligh-Amanah-Fathonah) di mana saja dan kapan saja. Semangat ANTI KORUPSI dimulai dari diri kita, lingkungan keluarga kita, lingkungan tempat kerja kita, lingkungan masyarakat kita, lingkungan bangsa kita, sebelum kita bergerak ke lingkungan dunia secara global. Mari bebaskan dunia dari korupsi. Maju terus wahai JIWA-JIWA ANTI KORUPSI!
Ijin share, mengutip kata-kata pencerhannya…Jazakumullah khoiron katsiro fiddunya wal akhiroh…
Sifat integrity adalah seperti obat buat sifat korupsi